Tuesday, November 26, 2019

Kaos Tee Murah di Aceh Tamiang

Tahu sejarah tee? Bagaimana kaos ini dibuka pada mula abad kedua puluh? Bagaimana kaus tersebut menjadi kesayangan orang Amerika? Kita sekarang menginjak abad kedua puluh satu, dan kaos tetap sepopuler dulu.

T-shirt tadi tidak laksana t-shirt yang anda kenal hari ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kaos kesatu, laksana yang bakal Anda pelajari, jelas dirasakan sesuatu guna dikenakan di bawah pakaian. Tentu saja, t-shirt lama tersebut bukan unsur dari industri yang berdiri sendiri, pun bukan mode iklan.

Percaya atau tidak, sebelum abad ke-20, tidak terdapat konsensus bahwa pakaian dalam mesti dimasukkan sebagai bagian urgen dari pakaian seseorang. Kebanyakan orang akhir abad ke-19 mengenakan sesuatu laksana kemeja panjang yang dinamakan "Spiral Bustle." Kemudian pada tahun 1901 pendahulu Hanes diperkenalkan untuk dipasarkan melalui katalog pakaian dalam pria, satu set dua potong.

Kelahiran t-shirt tampaknya terakreditasi ke angkatan laut (dan tidak sedikit pelaut). Sepertinya tidak terdapat yang tahu tentu kapan kaos kesatu dibuat. Pada mula 1913 Angkatan Laut AS mengadopsi pakaian baru yang revolusioner, kaos lengan pendek berleher kru, putih. Pakaian ini mesti digunakan di bawah jumper. Dan apa destinasi dari kaos ini? Seseorang mesti menghindari pemandangan yang memalukan, atau dikenal sebagai bulu dada pelaut. Kemeja edisi standar mempunyai sedikit siluet "T", sampai-sampai nama "t-shirt" lahir.

Juga urgen bahwa sekitar Perang Dunia I saat tentara Eropa mengenakan kaus katun yang lebih dingin, nyaman, ringan, di hari-hari musim panas yang lembab, tentara Amerika memperhatikan. Pakaian ini tidak laksana yang dikenakan oleh tentara seragam wol Amerika.

Kamus Merriam-Webster menyematkan "T-Shirt" sebagai kata sah dalam bahasa Inggris Amerika pada tahun 1920-an. Sekitar akhir 1930-an bahwa perusahaan tergolong Fruit of the Loom, Hanes and Sears & Roebuck mengawali pemasaran t-shirt.

Pada WW II, Angkatan Darat dan 12 juta pelaut Angkatan Laut mempunyai pengendara t-seasy, menjadi pakaian dalam edisi standar. "Skivvies", pakaian dalam baru yang murah ini dikenal sebagai. America melihat, mulai merasa nyaman, dan dengan diam-diam merasakan gambar-gambar berita harian mengenai putra-putra mereka pada masa perang, mengenakan t-shirt (hampir tidak berpakaian, tapi pasti saja dengan celana). Pakaian dalam dikenakan sebagai pakaian luar. Aturan dipamerkan mengenai pakaian dalam. Tabu dilanggar dengan peragaan seksualitas lelaki ini.

Namun, pada umumnya, t-shirt itu ialah pakaian dalam yang tidak hendak dilihat. Pada tahun 1934, bagaimanapun, Clark Gable mengejutkan seluruh orang, saat ia mencopot kemeja bajunya dalam film "It Happened One Night," guna mengungkapkan tidak terdapat t-shirt sama sekali. Wanita pingsan, dan lelaki juga. Namun, t-shirt tersebut tetap tersembunyi, untuk digunakan terutama di bawah baju kerja atau kemeja yang pantas.

Gagasan tersebut terus berkembang dengan cepat, dan sebab desain yang sederhana, sejumlah tahun kemudian, dengan cuti tidak sedikit pelaut sekitar perang, "pakaian serikat" rakyat sipil direduksi menjadi "singlet" atau "jersey". Pada tahun 1938, Sears mengenalkan t-shirt yang mereka sebut kemeja "pelayar" (dinamai pelaut). Kaos "gob" harganya 24 sen. Kaos bakal menjadi kanvas kosong, yang memungkinkan laki-laki untuk memperlihatkan diri mereka dalam makna erotis dan mengindikasikan jenis kelamin mereka.

Kaos tersebut menjadi tepat untuk digunakan sebagai pakaian dalam atau sebagai pakaian luar. Kaos putih standar Marinir diganti dengan sage green untuk destinasi kamuflase. Pada tahun 1944, Angkatan Darat mensurvei laki-laki tamtama guna preferensi lengan atau tanpa lengan. Lengan yang sangat disukai, sebab penampilan yang lebih baik, penyerapan di bawah lengan, di antara dalil lainnya.

Kaos tersebut tidak bakal pernah sama. Seiring dengan pergolakan di semua dunia, Perang Dunia II membawa serta t-shirt cetak kesatu. Pada layar di The Smithsonian Institute ialah kemeja dicetak tertua yang tercatat. Kaos ini berasal dari kampanye presiden dan olahraga 1948 Gubernur New York Thomas E. Dewey "Dew-It with Dewey".

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, t-shirt menjadi pakaian yang bisa dengan jelas memperlihatkan dan mengiklankan semuanya: afiliasi budaya, kelas, dan orientasi seksual. 180 juta t-shirt dipasarkan pada tahun 1951. Munculnya t-Shirt dapat dicari kembali ke film, dan pasti saja bintang-bintang film layar lebar: Marlon Brando, John Wayne, James Dean, dan Elvis Presley muda yang kerjakan bagian mereka untuk menciptakan t-shirt, pakaian luar yang sesuai, atau seksi guna sedikitnya.

"A Streetcar Named Desire" pada tahun 1951 memperlihatkan penggambaran Stanley Kowalski dari Marlon Brando, penonton lovelorn, brutal, dan primitif, yang mempesona sebagai pectorals buff dan abs mengindikasikan diri mereka tersingkap oleh t-shirt tipis yang diregangkan. Beberapa merasa gambar yang dibuat ialah salah satu jenis kedewasaan yang berbahaya, tidak koheren, kebrutalan seksual.

1955's "Rebel Without a Cause" mengindikasikan James Dean mengenakan t-shirt tanpa overtop kemeja lain. Dia menciptakan t-shirt keren, simbol kontemporer dari pemuda pemberontak. Namun, t-shirt khususnya ditujukan guna pria.

Pada tahun 1959, Plastisol, suatu tinta yang bisa ditarik diciptakan, mengawali sebuah revolusi dalam desain kaos. Setelah tersebut datang transfer iron-on, dan kesudahannya transfer litho. Demikianlah kelahiran industri kaos. Sekarang semua jenius pemasaran, laksana Walt Disney, "berbondong-bondong" surat dan desain simpel ke t-shirt untuk dipasarkan sebagai souvenir untuk lelaki dan wanita.

Namun perubahan periklanan dari t-shirt bakal lambat. Militer kesatu-tama menciptakan stensil perusahaan dan memberi peringkat pada t-shirt mereka. Juga, Universitas Ivy League menciptakan iklan yang jelas mengenai persaudaraan di tee mereka. Budweiser ialah orang kesatu yang mengerjakan "iklan korporat" yang sebetulnya pada akhir 1060-an, saat mereka menggunakan kaleng Bud di tee perusahaan mereka.

Selama 60-an, semua hippie meninggalkan pakaian tradisional guna pewarna dasi. Tentu saja, t-shirt menjadi di antara pakaian termurah dan termudah guna dibeli dan diwarnai. Orang-orang mulai mengikat diri dan mulai mencetak tee katun dasar, membantunya menjangkau kesuksesan komersial yang lebih besar. Pada tahun 1969, t-shirt yang mengenakan hippie menggunakan Establishment in Easy Rider. Juga, peradaban dalam pencetakan dan mati memungkinkan lebih tidak sedikit variasi dan pengenalan kemeja otot, leher sendok, v-neck dan tank ke mode modern.

Sepanjang akhir 60-an dan 70-an, Tee Amerika mekar penuh. Band-band Rock and Roll mulai menyadari bahwa mereka bisa menghasilkan tidak sedikit uang dengan memasarkan t-shirt mereka. Olahraga Profesional menjadi populer dan segera t-shirt berlisensi sah menjadi barang barang-barang panas. 1977 "The Deep", menolong membentuk revolusi seksual tahun 1970-an melewati tee basah Jacqueline Bisset.

Bagaimana dengan kaos di tahun '80 -an dan '90 -an? Ingat tee-desainer Don Johnson dan setelan jas Armani ala Miami Vice? Dan bagaimana dengan tee-film teranyar yang sangat berkesan dari tahun 1996 "Mission: Impossible", melulu sedikit Tom Cruise, berpakaian tee, melakukan sejumlah gantung serius dari kawat. Baik tahun 80-an dan 90-an menyaksikan produksi kaos yang spektakuler dengan mekanisme pencetakan yang dinaikkan dalam volume yang bertambah untuk penambahan ketersediaan. Kaos Amerika sekarang dikenal sebagai barang komoditas. Lebih dari satu miliar kaos dipasarkan pada 1995.

Dan sekarang, dengan timbulnya internet, t-shirt terus menjadi lebih besar. Tee art menggambarkan  iklim kebiasaan dan sosial generasi kita. Tees mengisahkan kisahnya dengan sempurna, dan kini lebih dari sebelumnya, kaos menjadi mode ekspresi individu yang lebih individualistis.

No comments:

Post a Comment